Tuesday 16 August 2011

Biografi al-Imam al-Bukhari

Buta pada masa kecilnya. Keliling dunia mencari ilmu. Menghafal ratusan ribu hadis. Karyanya menjadi rujukan utama setelah al-Qur'an.
Lahir di Bukhara pada bulan Syawal tahun 194 H. Dipanggil dengan Abu Abdillah. Nama lengkap beliau Muhammmad bin Ismail bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari al-Ju'fi.
Beliau digelari al-Imam al-Hafizh, dan lebih dikenal dengan sebutan al-Imam al-Bukhari. Buyut beliau, al-Mughirah, semula beragama Majusi (Zoroaster), kemudian masuk Islam lewat perantaraan gabenor Bukhara yang bernama al-Yaman al-Ju'fi.
Sedang ayah beliau, Ismail bin al-Mughirah, seorang tokoh yang tekun dan ulet dalam menuntut ilmu, sempat mendengar ketenaran al-Imam Malik bin Anas dalam bidang keilmuan, pernah berjumpa dengan Hammad bin Zaid, dan pernah berjabatan tangan dengan Abdullah bin al-Mubarak.
Sewaktu kecil al-Imam al-Bukhari buta kedua matanya. Pada suatu malam ibu beliau bermimpi melihat Nabi Ibrahim al-Khalil 'Alaihissalaam yang mengatakan, "Hai Fulanah (yang beliau maksud adalah ibu al-Imam al-Bukhari, pent), sesungguhnya Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putramu kerana seringnya engkau berdoa."

Ternyata pada pagi harinya sang ibu menyaksikan bahwa Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putranya.
Ketika berusia sepuluh tahun, al-Imam al-Bukhari mulai menuntut ilmu, beliau melakukan pengembaraan ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah, Makkah, Mesir, dan Syam.
Guru-guru beliau banyak sekali jumlahnya. Di antara mereka yang sangat terkenal adalah Abu 'Ashim an-Nabiil, al-Anshari, Makki bin Ibrahim, Ubaidaillah bin Musa, Abu al-Mughirah, 'Abdan bin 'Utsman, 'Ali bin al-Hasan bin Syaqiq, Shadaqah bin al-Fadhl, Abdurrahman bin Hammad asy-Syu'aisi, Muhammad bin 'Ar'arah, Hajjaj bin Minhaal, Badal bin al-Muhabbir, 'Abdullah bin Raja', Khalid bin Makhlad, Thalq bin Ghannaam, Abdurrahman Al Muqri', Khallad bin Yahya, Abdul 'Azizi al-Uwaisi, Abu al-Yaman, 'Ali bin al-Madini, Ishaq bin Rahawaih, Nu'aim bin Hammad, al-Imam Ahmad bin Hanbal, dan sederet Imam dan ulama ahlul hadis lainnya.
Murid-murid beliau tidak terhitung jumlahnya. Di antara mereka yang paling terkenal adalah al-Imam Muslim bin al-Hajjaj an-Naisaburi, penyusun kitab Shahih Muslim.
Al-Imam al-Bukhari sangat terkenal kecerdasannya dan kekuatan hafalannya. Beliau pernah berkata, "Saya hafal seratus ribu hadis shahih, dan saya juga hafal dua ratus ribu hadis yang tidak shahih". Pada kesempatan yang lain beliau berkata, "Setiap hadis yang saya hafal, pasti dapat saya sebutkan sanad (rangkaian perawi-perawi)-nya."
Beliau juga pernah ditanya oleh Muhamad bin Abu Hatim al-Warraaq, "Apakah engkau hafal sanad dan matan setiap hadis yang engkau masukkan ke dalam kitab yang engkau susun (maksudnya : kitab Shahih Bukhari)?"
Beliau menjawab, "Semua hadis yang saya masukkan ke dalam kitab yang saya susun itu sedikit pun tidak ada yang samar bagi saya."
Anugerah Allah kepada al-Imam al-Bukhari berupa reputasi di bidang hadis telah mencapai puncaknya. Tidak menghairankan jika para ulama dan para Imam yang sezaman dengannya memberikan pujian (rekomendasi) kepada beliau.
Berikut ini adalah sederet pujian (rekomendasi) termaksud: Muhammad bin Abi Hatim berkata, "Saya mendengar Abu Abdillah (al-Imam al-Bukhari) berkata, "Para sahabat 'Amr bin 'Ali Al Fallaas pernah meminta penjelasan kepada saya tentang status (kedudukan) sebuah hadis. Saya katakan kepada mereka, "Saya tidak mengetahui status (kedudukan) hadis tersebut."
Mereka jadi gembira dengan sebab mendengar ucapanku, dan mereka segera bergerak menuju 'Amr. Lalu mereka menceriterakan peristiwa itu kepada 'Amr. 'Amr berkata kepada mereka, "Hadis yang status (kedudukannya) tidak diketahui oleh Muhammad bin Ismail bukanlah hadis."
Al-Imam al-Bukhari mempunyai karya besar di bidang hadis iaitu kitab beliau yang diberi judul al-Jami' atau disebut juga ash-Shahih atau Shahih al-Bukhari.
Para ulama menilai bahwa kitab Shahih al-Bukhari ini merupakan kitab yang paling shahih setelah kitab suci al-Quran. Ketakwaan dan keshalihan al-Imam al-Bukhari merupakan sisi lain yang tidak pantas dilupakan.
Berikut ini diketengahkan beberapa pernyataan para ulama tentang ketakwaan dan keshalihan beliau agar dapat dijadikan teladan.
Abu Bakar bin Munir berkata, "Saya mendengar Abu Abdillah al-Bukhari berkata, "Saya berharap bahawa ketika saya berjumpa Allah, saya tidak dihisab dalam keadaan menanggung dosa ghibah (menggunjing orang lain)."
Abdullah bin Sa'id bin Ja'far berkata, "Saya mendengar para ulama di Bashrah mengatakan, "Tidak pernah kami jumpai di dunia ini orang seperti Muhammad bin Ismail dalam hal ma'rifah (keilmuan) dan keshalihan."
Sulaim berkata, "Saya tidak pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri semenjak enam puluh tahun orang yang lebih dalam pemahamannya tentang ajaran Islam, lebih wara' (takwa), dan lebih zuhud terhadap dunia daripada Muhammad bin Ismail."
Al-Firabri berkata, "Saya bermimpi melihat Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam di dalam tidur saya." Beliau Shallallaahu 'Alaihi Wasallam bertanya kepada saya, "Engkau hendak menuju ke mana?" Saya menjawab, "Hendak menuju ke tempat Muhammad bin Ismail al-Bukhari." Beliau Shallallaahu 'Alaihi Wasallam berkata, "Sampaikan salamku kepadanya!"
Al-Imam al-Bukhari wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H. ketika beliau mencapai usia enam puluh dua tahun. Jenazah beliau dikuburkan di Khartank, nama sebuah desa di Samarkand. Semoga Allah Ta'ala mencurahkan rahmat-Nya kepada al-Imam al-Bukhari.
-------------
Nota:
ketenaran - kemasyhuran
buyut - ibubapa kepada moyang
(rujukan Kamus Dewan edisi 3)

1 comment: